Selasa, 28 Februari 2017

WORKSHOP PENDIDIKAN KIMIA

MISKONSEPSI

Konsepsi siswa dapat berbeda dengan fisikawan. Konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antar konsep dari pada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan tidaklah dikatakan salah, tetapi jika konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi fisikawan maka dikatakan siswa mengalami miskonsepsi. Contohnya beberapa siswa memahami bahwa benda yang diam di atas meja tidak memiliki gaya yang bekerja pada benda tersebut. Siswa beralasan karena benda itu diam saja di atas meja. Padahal menurut konsep fisika benda itu mempunyai gaya yang bekerja pada meja. Benda yang tetap diam karena gaya reaksinya, meja melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.
Menurut Soparno (2005:4), mengungkapkan bahwa miskonsepsi atau salah konsep menunjuk:”pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang di terima pakar di bidang itu”. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan naif. Sebagian siswa masih menggunakan intuisi untuk menjawab soal tentang bola besi dan bola plastik yang dijatuhkan bebas dari ketinggian yang sama. Mereka menganggap bola besi akan jatuh terlebih dahulu, padahal menurut prinsip fisika, kedua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama dan waktu yang di tempuh hingga menyentuh tanahpun sama (jika tidak ada unsur lain yang mempengaruhi).
Menurut Brow (Supomo, 2005:4) mendifinisikan:”miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang di terima”. Sedangkan Fowler (Suparno,  2005:5) memandang miskonsepsi “sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkhis konsep-konsep yang tidak benar”. Contoh penerapan konsep tentang air mengalir sebagian pengajar di SD yang memberikan konsep bahwa air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Padahal pada air mancur, air mengalir dari bawah ke atas. Pengajar perlu menyampaikan konsep tentang aliran air bahwa air dipengaruhi tekanan, agar konsep dari SD tidak terbawa sampai jenjang pendidikan berikutnya.

Sifat-Sifat Miskonsepsi
a.       Miskonsepsi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
b.      Miskonsepsi sulit diperbaiki, berulang, mengganggu konsepsi berikutnya.
c.       Sisa miskonsepsi seringkali akan terus menerus mengganggu, soal-soal yang sederhana dapat dikerjakan namun pada soal yang sulit sering miskonsepsi muncul kembali.Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan dengan ceramah yang bagus.
Siswa, guru, mahasiswa, dosen atau peneliti dapat terkena miskonsepsi baik yang pandai maupun yang tidak. Dalam pelaksanaan pembelajaran kadang miskonsepsi disamakan dengan ketidaktahuan maka seringkali guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadi pada siswanya.

Penyebab Miskonsepsi
A.    Siswa.
Miskonsepsi yang disebabkan dari siswa dapat bermacam-macam, seperti prakonsepsi siswa sebelum memperoleh materi pelajaran, lingkungan, teman, pengalaman dan minat. Secara filosofi terjadinya miskonsepsi dapat dijelaskan dengan filsafat konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan di bentuk oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan dan bahan yang dipelajari. Karena siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa mengkonsep IPA/Fisika secara tepat, belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai standar. Miskonsepsi IPA/Fisika banyak terjadi disebabkan oleh pemahaman pada diri siswa sendiri, hal ini kemungkinan dikelompokan  menjadi : prakonsep atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, penalaran yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa dan minat belajar siswa.
B.     Buku
Buku diktat yang salah dalam mengungkapkan konsep berdampak pada kebingungan siswa dalam memahami konsep sehingga memunculkan miskonsepsi. Kesalahan yang kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan dalam buku diktat adalah soal, gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus dan konstanta.
C.     Konteks
Menurut Suparno (2005:72), kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Sehingga Mc Clleand (Suparno 2005:72) menganjurkan guru/dosen dalam memberikan definisi dengan jelas tidak menggunakan bahasa yang ambigu serta melatih siswa dengan cara yang sama.
Miskonsepsi dapat disebabkan pengalaman sehari-hari siswa yang tidak sesuai dengan konsep IPA/Fisika, maka pengajar harus mengungkapkan asal dari pengalaman yang menyebabkan miskonsepsi untuk mengetahui penyebabnya, kemudian membetulkan dengan konsep yang benar dengan memberikan pengalaman yang sesuai dengan konsep IPA/Fisika.
D.    Metode mengajar
Menurut suparno (2005:82), cara mengajar yang dapat menjadi penyebab khusus miskonsepsi diantaranya yaitu : hanya menggunakan metode ceramah dan menulis, langsung kebentuk matematis, tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa, tugas tidak dikoreksi, model analogi, model pratikum dan diskusi yang tidak sesuai langkah-langkah yang ditentukan.
Metode mengajar yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran yang diajarkan dan kefanatikan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu dihindari karena akan membatasi cara pandang kita terhadap masalah pengetahuan. Selain itu metode mengajar yang tidak tepat terhadap situasi, kondisi materi yang diajarkan dapat memunculkan miskonsepsi pada diri siswa, sehingga guru harus memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat agar penyampaian konsep dapat dipahami siswa.
Cara Mendeteksi Miskonsepsi
Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi menurut Beneerjee,1991: Furio,2000: Wilarjo,1998 (Sudarmo,2005:68) dapat dilakukan berbagai cara antara lain : melalui tes diagnostik, wawancara mendalam, dan diskusi interaktif dalam kelas.
Langkah-langkah untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a.       Melakukan tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir suatu pembahasan yang bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda atau bentuk lain seperti menggambar diagram fisis atau vektoris, grafis, atau penjelasan dengan kata-kata.
b.      Memberikan pertanyaan, pertanyaan terbalik (reverse question) atau pertanyaan yang kaya konteks.
c.       Mengkoreksi langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal-soal essai.
d.      Mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan kepada siswa
e.       Dengan mewawancarai siswa.

Syarat Konsep Dianggap Miskonsepsi
Konsep siswa di anggap miskonsepsi apabila memenuhi kriteria berikut :
a.       Atribut tidak lengkap, yang berakibat pada gagalnya mendefinisikan konsep secara benar dan lengkap.
b.      Penerapan konsep yang tidak tepat, akibat dalam perolehan konsep terjadi diferensiasi yang gagal.
c.       Gambaran konsep yang salah, proses generalisasi dari suatu konsep abstrak bagi seseorang yang tingkat pikirnya masih konkrit akan banyak mengalami hambatan.
d.      Generalisasi yang salah dari suatu konsep, berakibat pada hilangnya esensi dasar konsep tersebut. Kehilangan pemahaman terhadap esensi konsep menimbulkan pandangan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
e.       Kegagalan dalam melakukan klasifikasi.
f.       Misinterpertasi terhadap suatu objek abstrak dan proses yang berakibat gambaran yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

Bagaimana cara mengurangi miskonsepsi pada siswa?

3 komentar:

  1. salah satu cara untuk mengatasi miskonsepsi dengan metode mengajar yang dilakukan untuk meminimalisasi miskonsepsi haruslah sesuai dengan kebutuhan siswa, efektivitas metode tersebut. Hal ini tentunya diperlukan kejelian pendidik memilih metode yang cocok untuk materi tertentu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. maksud sesuai kebutuhan siswa itu bagaimana andri?

      Hapus
  2. upaya untuk mengatasi miskonsepsi terhadap siswa, kita dapat melakukannya dengan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan kepada siswa sehingga pada bagian mana siswa yang tidak paham dan yang keliru dapat kita bimbing kembali

    BalasHapus