Baru-baru ini dengan
diterapkannya Kurikulum 2013 timbul beberapa pro dan kontra. Hal ini
diakibatkan kebijakan yang pemerintah buat tidak sesuai dengan harapan dan
kondisi nyata yang ada di lapangan. Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana
kurikulum merasa bingung dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini. Kebanyakan
dari mereka masih menggunakan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP dalam
pembelajarannya, karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013 yang
sebenarnya, padahal beberapa dari mereka telah dilatih dalam persiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan
kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang telah
disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, yakni pendekatan
scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan
siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran
diantaranya adalah problem based learning, project based learning, dan
discovery learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do yang dielu-elukan dalam kurikulum 2013. Dalam
pelaksanaannya pendekatan scientific ini menekankan lima aspek penting, yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
1.
Mengamati
Pada kurikulum 2013 metode ceramah
tidak dilupakan, hanya dikurangi takarannya. Siswa dituntut aktif dalam segala
masalah. Proses mengamati dalam pelajaran Fisika, Biologi, Kimia merupakan
suatu proses belajar yang sering digunakan. Namun bagi mata pelajaran lain,
guru dituntut harus paham materi sebelum menghadirkan siswa ke dunia nyata
dengan mengamati sendiri semua fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan
materi pelajarannya.
2.
Menanya
Agar siswa merasa bertanya-tanya
(rasa ingin tahu), seorang guru harus menyediakan pembelajaran yang menimbulkan
masalah. Artinya guru harus mampu menyediakan kegiatan pembelajaran yang
menarik yang dapat menimbulkan rasa ngin tahu siswa.
3.
Mencoba
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013,
siswa dituntut untuk mencoba sendiri, dan terlibat langsung dalam masalah yang
dihadirkan guru. Dalam pembelajaran matematika misalnya, siswa diminta mencoba
sendiri mencari data untuk disajikan dalam bentuk diagram, ataupun grafik. Data
itu dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, melalui wawancara, dan melalui
pengamatan.
4.
Menalar
Siswa dituntut untuk dapat
memahami dengan benar pokok materi yang diajarkan guru. Siswa akan mudah
menalar suatu materi ajar apabila pelajaran yang diajarkan tidak memberatkan
mereka.
5.
Komunikasi
Dalam proses mengkomunikasian
semua permasalahan, siswa diminta mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelima
aspek dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada
dasarnya, kelima aspek ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru. namun
pendalamannya dilakukan kembali di kurikulum 2013 untuk menyegarkan semangat
pendidikan Indonesia.
Peran guru sangat penting untuk
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan
kegiatan pada buku siswa dan buku guru. oleh karena itu guru perlu mencermati
buku guru maupun buku siswa yang disediakan pemerintah ini. Hal ini diperlukan
mengingat buku yang disediakan pemerintah ditujukan untuk keperluan skala
nasional. Padahal masing-masing sekolah memiliki karakteristik siswa
masing-masing. Dengan demikian, guru diharapkan mampu mencermati dan
menganalisis buku guru ataupun guru siswa, agar kekeliruan dan ketidaktepatan
buku yang disesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing sekolah telah
diketahui lebih awal.
Dalam
pelaksanaannya, dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini banyak ditemui beberapa
keluhan guru. Beberapa keluhan guru dapat diketahui melalui sumber informasi
yang dihimpun dalam penjelasan sebagai berikut :
1.
Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak
dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai pemahaman tentang Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno
Liyarti mengatakan, “Mereka masih bingung bagaimana cara mengajarkannya dan
penilaiannya”.
2.
Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan
Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya
Para guru Sekolah Menengah Atas
(SMA) merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata pelajaran saja yang
menggunakan kurikulum 2013 yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah
namun tiba-tiba kurikulum 2013 diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal
guru-guru lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan Sejarah belum dilatih
bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran yang diampunya.
3.
Belum Adanya Silabus Final Mengakibatkan Kesulitan
dalam Pembuatan RPP
Selain itu, dokumen silabus final
belum diterima oleh para guru, padahal dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dasarnya adalah silabus.
4.
Keluhan Tentang Keterurutan Materi Pelajaran
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta, Baskara Aji mengakui
banyak masukan kritis dari guru mengenaik isi materi buku ajar kurikulum baru.
Kata Aji keluhan umum para guru di DIY ialah mengharapkan ada perbaikan dalam
susunan urutan pengajaran materi yang ada di buku ajar. “Banyak yang menilai
susunan urutan pengajaran materi tiap minggunya yang tercantum di buku ajar
perlu diperbaiki”. Keluhan ini paling banyak muncul dari para guru SMA dan SMK.
Hal ini akan diatasi oleh Disdikpora DIY dengan mengumpulkan semua perwakilan
sekolah yang ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal
peneraan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir. Pertemuan ini penting
sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru dengan baik,
namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar
menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di masing-masing sekolah.
Bagaiman solusi Penyelesaian
Masalah yang Timbul dengan Diterapkannya Kurikulum 2013 ini?
Salah satu masalahnya yaitu student center. Disini, guru tidak bisa melepas siswa belajar sendiri, jadi guru disini tetap memberikan ceramah sedikit mengenai materi pembelajaran, dan setelah itu memberikan permasalahan, dari adanya permasalahan ini dilakukanlah diskusi baik itu diskusi kelompok maupun kelas. Disinilah yang dikatan student center, pada saat ini guru hanya sebagai fasilitator maksudnya guru memberikan arahan atas jawaban yg didiskusikan dan pada akhir pembelajaran difixkan mana yg benar mana yang salah
BalasHapusapakah itu akan membuat pembelajaran lebih efektif?
Hapussolusinya adalah bahwa guru tidak dapat melepaskan sendiri siwa untuk belajar sehingga guru harus memberikan materi pembelajaran setelah iru guru memberikan tugas atau permasalahan kepada siswa. sehingga siswa dapat berperan aktif pada saat pembelajaran
BalasHapusapakah dengan seperti itu belajar akan kondusif?
Hapus