Keterlaksanaan
Praktikum Dalam Pembelajaran Kimia Di SMA
Pembelajaran
kimia merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu, rancangan pembelajaran kimia harus
dapat memuat pengembangan ketiga aspek tersebut. Untuk mengembangkan aspek
afektif dan psikomotor tidak cukup mengandalkan pembelajaran di kelas, tetapi
perlu ditunjang dengan pembelajaran di luar kelas, seperti praktikum di
laboratorium. Kegiatan praktikum merupakan salah satu bentuk pendekatan
keterampilan proses. Bagi peserta didik, kegiatan praktikum dapat membantu
memahami materi kimia yang diajarkan di kelas, dapat memberikan pengalaman
langsung dan dapat menjawab rasa ingin tahu peserta didik (Salirawati, 2009:
1-2).
Menurut
John W. Hansen & Gerald G. Lovedahl (2004) “belajar dengan melakukan”
merupakan sarana belajar yang efektif, artinya seseorang akan belajar efektif
bila ia melakukan. Pemahaman peserta didik terhadap materi ajar akan lebih
efektif jika ia tidak hanya memperoleh konsepnya, tetapi ia juga mampu
menemukan konsep itu sendiri. Confucius menyatakan bahwa “what I do, I
understand ”, apa yang saya lakukan, saya paham (Mel Silberman, 2002: 1),
artinya ketika seorang guru banyak memberikan aktivitas yang bersifat
keterampilan, maka anak didik akan memahaminya secara lebih baik, dan itu hanya
dapat diperoleh melalui praktikum/eksperimen (Salirawati, 2009: 3).
Pembelajaran
sains, terutama kimia, sering kali tidak dapat dilepaskan dari proses
praktikum. Selain melatih kemampuan motorik, praktikum juga dapat melatih sikap
dan mengurangi kesalahan pemaham konsep yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran. Meski demikian masih banyak guru atau laboran yang masih
kesulitan mengelola laboratorium ataupun melaksanakan praktikum, dalam hal
konsep maupun penyusunan alat peraga praktikum.
Fungsi Laboratorium
Menurut
Sukarso (2005), secara garis besar laboratorium dalam proses pendidikan adalah
sebagai berikut:
1.
Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui
kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
2.
Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya
dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan
kebenaran.
3.
Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari
sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
4.
Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon
ilmuan.
5.
Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau
penemuan yang diperolehnya.
Adapun
peranan laboratorium sekolah antara lain :
1.
Laboratorium sekolah sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus
sebagai tempat untuk memecahkan masalah tersebut.
2.
Laboratorium sekolah sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan
menemukan suatu masalah dan sikap teliti.
3.
Laboratorium sekolah sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik
untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau diamatinya.
4.
Laboratorium sekolah berfungsi pula sebagai tempat untuk melatih peserta didik
bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta berpikir kritis dan cekatan.
5.
Laboratorium sebagai tempat bagi para peserta didik untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya (Emha, 2002).
Praktikum
membangkitkan motivasi belajar sains. Dalam belajar, siswa dipengaruhi oleh
motivasi. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam
mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium, siswa diberi kesempatan
untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan
menunjang kegiatan praktikum di mana siswa menemukan pengetahuan melalui
eksplorasi. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen.
Kegiatan eksperimen merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh ilmuwan.
Untuk melakukan eksperimen diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti
mengamati, mengestimasi, mengukur, membandingkan, memanipulasi peralatan
laboratorium, dan ketrampilan sains lainnya.
Dengan
adanya kegiatan praktikum di laboratorium akan melatih siswa untuk
mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam
mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang
sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman,
merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan
ilmiah. Para ahli meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan
ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai ilmuwan. Pembelajaran sains
sebaiknya dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri ilmiah (scientific inquiry)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran sains baik di SMA/MA maupun di SMP/MTs menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah. Praktikum
menunjang materi pelajaran. Praktikum memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan
teori, dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pembelajaran sains
dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip sains. Dari kegiatan tersebut
dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran. Selanjutnya secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa,
laboratorium sains berperan penting dalam kegiatan pembelajaran yakni dengan
menumbuhkan dan mengembangkan aspek-aspek antara lain: (1) keterampilan dalam
pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data, (2) kemampuan menyusun data dan
menganalisis serta menafsirkan hasil pengamatan, (3) kemampuan menarik
kesimpulan secara logis berdasarkan hasil eksperimen, mengembangkan model dan
menyusun teori, (4) kemampuan mengkomunikasikan secara jelas dan lengkap hasil-hasil
percobaan, (5) keterampilan merancang percobaan, urutan kerja, dan
pelaksanaannya, (6) keterampilan dalam memilih dan mempersiapkan peralatan dan
bahan untuk percobaan, (7) keterampilan dalam menggunakan peralatan dan bahan,
(8) kedisiplinan dalam mematuhi aturan dan tata tertib demi keselamatan kerja.
Bagaimana cara seorang
guru agar tidak miskonsepsi terhadap pelaksanaan pengelolaan laboratorium,
dalam hal konsep maupun penyusunan alat peraga praktikum?
Seharusnya guru terlebih dahulu mempelajari konsep ataupun perancangan alat yang akan dipraktikum kan keesokan harinya, bukan pada hari-H , mengecek alat yang akan digunakan apakah lengkap atau tidak
BalasHapustapi bagaimana jika alatnya ,memang harus dibuat pas hari H?
Hapusyang membuat alat pada hari H kan murid. yang saya maksudkan agar tidak adanya miskonsepsi pada guru yang akan disampaikan ke siswa guru itu harus telebih dahulu belajar merancang alat dirumah ataupun hanya memepelajari cara-caranya.
Hapuscara yang dapat dilakukan guru yaitu mempelajari dan mendalami tentang pelaksanaan pengelolaan laboratorium itu sendiri dengan cara mempelajari materi yang akan dipraktikumkan agar tidak terjadi kendala seperti miskonsepsi saat pelaksanaan praktikum karena akan sangat fatal akibatnya bila terjadi miskonspsi pada seorang guru sebab bila hal itu terjadi akan beribas terjadi miskonsepsi pula pada siswanya
BalasHapus
Hapusbenar sekali kak fira, gurus harus lebih maju satu langkah dari muridnya, guru harus pintar dalam mengelola labor