Sabtu, 18 Maret 2017

WORKSHOP PENDIDIKAN KIMIA

Keterlaksanaan Praktikum Dalam Pembelajaran Kimia Di SMA
Pembelajaran kimia merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu, rancangan pembelajaran kimia harus dapat memuat pengembangan ketiga aspek tersebut. Untuk mengembangkan aspek afektif dan psikomotor tidak cukup mengandalkan pembelajaran di kelas, tetapi perlu ditunjang dengan pembelajaran di luar kelas, seperti praktikum di laboratorium. Kegiatan praktikum merupakan salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik, kegiatan praktikum dapat membantu memahami materi kimia yang diajarkan di kelas, dapat memberikan pengalaman langsung dan dapat menjawab rasa ingin tahu peserta didik (Salirawati, 2009: 1-2).
Menurut John W. Hansen & Gerald G. Lovedahl (2004) “belajar dengan melakukan” merupakan sarana belajar yang efektif, artinya seseorang akan belajar efektif bila ia melakukan. Pemahaman peserta didik terhadap materi ajar akan lebih efektif jika ia tidak hanya memperoleh konsepnya, tetapi ia juga mampu menemukan konsep itu sendiri. Confucius menyatakan bahwa “what I do, I understand ”, apa yang saya lakukan, saya paham (Mel Silberman, 2002: 1), artinya ketika seorang guru banyak memberikan aktivitas yang bersifat keterampilan, maka anak didik akan memahaminya secara lebih baik, dan itu hanya dapat diperoleh melalui praktikum/eksperimen (Salirawati, 2009: 3).
Pembelajaran sains, terutama kimia, sering kali tidak dapat dilepaskan dari proses praktikum. Selain melatih kemampuan motorik, praktikum juga dapat melatih sikap dan mengurangi kesalahan pemaham konsep yang sering terjadi dalam proses pembelajaran. Meski demikian masih banyak guru atau laboran yang masih kesulitan mengelola laboratorium ataupun melaksanakan praktikum, dalam hal konsep maupun penyusunan alat peraga praktikum.
Fungsi Laboratorium
Menurut Sukarso (2005), secara garis besar laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
2. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran.
3. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
4. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuan.
5. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau penemuan yang diperolehnya.
Adapun peranan laboratorium sekolah antara lain :
1. Laboratorium sekolah sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Laboratorium sekolah sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap teliti.
3. Laboratorium sekolah sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau diamatinya.
4. Laboratorium sekolah berfungsi pula sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta berpikir kritis dan cekatan.
5. Laboratorium sebagai tempat bagi para peserta didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya (Emha, 2002).
Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Dalam belajar, siswa dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum di mana siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasi. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Kegiatan eksperimen merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, membandingkan, memanipulasi peralatan laboratorium, dan ketrampilan sains lainnya.
Dengan adanya kegiatan praktikum di laboratorium akan melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen.  Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Para ahli meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai ilmuwan. Pembelajaran sains sebaiknya dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran sains baik di SMA/MA maupun di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.  Praktikum menunjang materi pelajaran. Praktikum memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pembelajaran sains dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip sains. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Selanjutnya secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa, laboratorium sains berperan penting dalam kegiatan pembelajaran yakni dengan menumbuhkan dan mengembangkan aspek-aspek antara lain: (1) keterampilan dalam pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data, (2) kemampuan menyusun data dan menganalisis serta menafsirkan hasil pengamatan, (3) kemampuan menarik kesimpulan secara logis berdasarkan hasil eksperimen, mengembangkan model dan menyusun teori, (4) kemampuan mengkomunikasikan secara jelas dan lengkap hasil-hasil percobaan, (5) keterampilan merancang percobaan, urutan kerja, dan pelaksanaannya, (6) keterampilan dalam memilih dan mempersiapkan peralatan dan bahan untuk percobaan, (7) keterampilan dalam menggunakan peralatan dan bahan, (8) kedisiplinan dalam mematuhi aturan dan tata tertib demi keselamatan kerja.

Bagaimana cara seorang guru agar tidak miskonsepsi terhadap pelaksanaan pengelolaan laboratorium, dalam hal konsep maupun penyusunan alat peraga praktikum?

5 komentar:

  1. Seharusnya guru terlebih dahulu mempelajari konsep ataupun perancangan alat yang akan dipraktikum kan keesokan harinya, bukan pada hari-H , mengecek alat yang akan digunakan apakah lengkap atau tidak

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi bagaimana jika alatnya ,memang harus dibuat pas hari H?

      Hapus
    2. yang membuat alat pada hari H kan murid. yang saya maksudkan agar tidak adanya miskonsepsi pada guru yang akan disampaikan ke siswa guru itu harus telebih dahulu belajar merancang alat dirumah ataupun hanya memepelajari cara-caranya.

      Hapus
  2. cara yang dapat dilakukan guru yaitu mempelajari dan mendalami tentang pelaksanaan pengelolaan laboratorium itu sendiri dengan cara mempelajari materi yang akan dipraktikumkan agar tidak terjadi kendala seperti miskonsepsi saat pelaksanaan praktikum karena akan sangat fatal akibatnya bila terjadi miskonspsi pada seorang guru sebab bila hal itu terjadi akan beribas terjadi miskonsepsi pula pada siswanya

    BalasHapus
    Balasan

    1. benar sekali kak fira, gurus harus lebih maju satu langkah dari muridnya, guru harus pintar dalam mengelola labor

      Hapus