Minggu, 12 Maret 2017

Workshop Pendidikan Kimia


Baru-baru ini dengan diterapkannya Kurikulum 2013 timbul beberapa pro dan kontra. Hal ini diakibatkan kebijakan yang pemerintah buat tidak sesuai dengan harapan dan kondisi nyata yang ada di lapangan. Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum merasa bingung dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP dalam pembelajarannya, karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013 yang sebenarnya, padahal beberapa dari mereka telah dilatih dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, yakni pendekatan scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran diantaranya adalah problem based learning, project based learning, dan discovery learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do  yang dielu-elukan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya pendekatan scientific ini menekankan lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
1.     Mengamati
Pada kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya dikurangi takarannya. Siswa dituntut aktif dalam segala masalah. Proses mengamati dalam pelajaran Fisika, Biologi, Kimia merupakan suatu proses belajar yang sering digunakan. Namun bagi mata pelajaran lain, guru dituntut harus paham materi sebelum menghadirkan siswa ke dunia nyata dengan mengamati sendiri semua fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya.
2.    Menanya
Agar siswa merasa bertanya-tanya (rasa ingin tahu), seorang guru harus menyediakan pembelajaran yang menimbulkan masalah. Artinya guru harus mampu menyediakan kegiatan pembelajaran yang menarik yang dapat menimbulkan rasa ngin tahu siswa.
3.    Mencoba
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk mencoba sendiri, dan terlibat langsung dalam masalah yang dihadirkan guru. Dalam pembelajaran matematika misalnya, siswa diminta mencoba sendiri mencari data untuk disajikan dalam bentuk diagram, ataupun grafik. Data itu dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, melalui wawancara, dan melalui pengamatan.
4.    Menalar
Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi yang diajarkan guru. Siswa akan mudah menalar suatu materi ajar apabila pelajaran yang diajarkan tidak memberatkan mereka.
5.    Komunikasi
Dalam proses mengkomunikasian semua permasalahan, siswa diminta mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelima aspek dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya, kelima aspek ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru. namun pendalamannya dilakukan kembali di kurikulum 2013 untuk menyegarkan semangat pendidikan Indonesia.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku siswa dan buku guru. oleh karena itu guru perlu mencermati buku guru maupun buku siswa yang disediakan pemerintah ini. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Padahal masing-masing sekolah memiliki karakteristik siswa masing-masing. Dengan demikian, guru diharapkan mampu mencermati dan menganalisis buku guru ataupun guru siswa, agar kekeliruan dan ketidaktepatan buku yang disesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing sekolah telah diketahui lebih awal.
      Dalam pelaksanaannya, dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini banyak ditemui beberapa keluhan guru. Beberapa keluhan guru dapat diketahui melalui sumber informasi yang dihimpun dalam penjelasan sebagai berikut :
1.     Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai pemahaman tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Liyarti mengatakan, “Mereka masih bingung bagaimana cara mengajarkannya dan penilaiannya”.
2.    Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya
Para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba kurikulum 2013 diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal guru-guru lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran yang diampunya.
3.    Belum Adanya Silabus Final Mengakibatkan Kesulitan dalam Pembuatan RPP
Selain itu, dokumen silabus final belum diterima oleh para guru, padahal dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dasarnya adalah silabus.
4.    Keluhan Tentang Keterurutan Materi Pelajaran
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta, Baskara Aji mengakui banyak masukan kritis dari guru mengenaik isi materi buku ajar kurikulum baru. Kata Aji keluhan umum para guru di DIY ialah mengharapkan ada perbaikan dalam susunan urutan pengajaran materi yang ada di buku ajar. “Banyak yang menilai susunan urutan pengajaran materi tiap minggunya yang tercantum di buku ajar perlu diperbaiki”. Keluhan ini paling banyak muncul dari para guru SMA dan SMK. Hal ini akan diatasi oleh Disdikpora DIY dengan mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal peneraan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir. Pertemuan ini penting sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru dengan baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di masing-masing sekolah.
Bagaiman solusi Penyelesaian Masalah yang Timbul dengan Diterapkannya Kurikulum 2013 ini?


4 komentar:

  1. Salah satu masalahnya yaitu student center. Disini, guru tidak bisa melepas siswa belajar sendiri, jadi guru disini tetap memberikan ceramah sedikit mengenai materi pembelajaran, dan setelah itu memberikan permasalahan, dari adanya permasalahan ini dilakukanlah diskusi baik itu diskusi kelompok maupun kelas. Disinilah yang dikatan student center, pada saat ini guru hanya sebagai fasilitator maksudnya guru memberikan arahan atas jawaban yg didiskusikan dan pada akhir pembelajaran difixkan mana yg benar mana yang salah

    BalasHapus
    Balasan
    1. apakah itu akan membuat pembelajaran lebih efektif?

      Hapus
  2. solusinya adalah bahwa guru tidak dapat melepaskan sendiri siwa untuk belajar sehingga guru harus memberikan materi pembelajaran setelah iru guru memberikan tugas atau permasalahan kepada siswa. sehingga siswa dapat berperan aktif pada saat pembelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. apakah dengan seperti itu belajar akan kondusif?

      Hapus