Selasa, 28 Februari 2017

WORKSHOP PENDIDIKAN KIMIA

MISKONSEPSI

Konsepsi siswa dapat berbeda dengan fisikawan. Konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antar konsep dari pada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan tidaklah dikatakan salah, tetapi jika konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi fisikawan maka dikatakan siswa mengalami miskonsepsi. Contohnya beberapa siswa memahami bahwa benda yang diam di atas meja tidak memiliki gaya yang bekerja pada benda tersebut. Siswa beralasan karena benda itu diam saja di atas meja. Padahal menurut konsep fisika benda itu mempunyai gaya yang bekerja pada meja. Benda yang tetap diam karena gaya reaksinya, meja melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.
Menurut Soparno (2005:4), mengungkapkan bahwa miskonsepsi atau salah konsep menunjuk:”pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang di terima pakar di bidang itu”. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan naif. Sebagian siswa masih menggunakan intuisi untuk menjawab soal tentang bola besi dan bola plastik yang dijatuhkan bebas dari ketinggian yang sama. Mereka menganggap bola besi akan jatuh terlebih dahulu, padahal menurut prinsip fisika, kedua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama dan waktu yang di tempuh hingga menyentuh tanahpun sama (jika tidak ada unsur lain yang mempengaruhi).
Menurut Brow (Supomo, 2005:4) mendifinisikan:”miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang di terima”. Sedangkan Fowler (Suparno,  2005:5) memandang miskonsepsi “sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkhis konsep-konsep yang tidak benar”. Contoh penerapan konsep tentang air mengalir sebagian pengajar di SD yang memberikan konsep bahwa air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Padahal pada air mancur, air mengalir dari bawah ke atas. Pengajar perlu menyampaikan konsep tentang aliran air bahwa air dipengaruhi tekanan, agar konsep dari SD tidak terbawa sampai jenjang pendidikan berikutnya.

Sifat-Sifat Miskonsepsi
a.       Miskonsepsi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
b.      Miskonsepsi sulit diperbaiki, berulang, mengganggu konsepsi berikutnya.
c.       Sisa miskonsepsi seringkali akan terus menerus mengganggu, soal-soal yang sederhana dapat dikerjakan namun pada soal yang sulit sering miskonsepsi muncul kembali.Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan dengan ceramah yang bagus.
Siswa, guru, mahasiswa, dosen atau peneliti dapat terkena miskonsepsi baik yang pandai maupun yang tidak. Dalam pelaksanaan pembelajaran kadang miskonsepsi disamakan dengan ketidaktahuan maka seringkali guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadi pada siswanya.

Penyebab Miskonsepsi
A.    Siswa.
Miskonsepsi yang disebabkan dari siswa dapat bermacam-macam, seperti prakonsepsi siswa sebelum memperoleh materi pelajaran, lingkungan, teman, pengalaman dan minat. Secara filosofi terjadinya miskonsepsi dapat dijelaskan dengan filsafat konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan di bentuk oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan dan bahan yang dipelajari. Karena siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa mengkonsep IPA/Fisika secara tepat, belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai standar. Miskonsepsi IPA/Fisika banyak terjadi disebabkan oleh pemahaman pada diri siswa sendiri, hal ini kemungkinan dikelompokan  menjadi : prakonsep atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, penalaran yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa dan minat belajar siswa.
B.     Buku
Buku diktat yang salah dalam mengungkapkan konsep berdampak pada kebingungan siswa dalam memahami konsep sehingga memunculkan miskonsepsi. Kesalahan yang kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan dalam buku diktat adalah soal, gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus dan konstanta.
C.     Konteks
Menurut Suparno (2005:72), kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Sehingga Mc Clleand (Suparno 2005:72) menganjurkan guru/dosen dalam memberikan definisi dengan jelas tidak menggunakan bahasa yang ambigu serta melatih siswa dengan cara yang sama.
Miskonsepsi dapat disebabkan pengalaman sehari-hari siswa yang tidak sesuai dengan konsep IPA/Fisika, maka pengajar harus mengungkapkan asal dari pengalaman yang menyebabkan miskonsepsi untuk mengetahui penyebabnya, kemudian membetulkan dengan konsep yang benar dengan memberikan pengalaman yang sesuai dengan konsep IPA/Fisika.
D.    Metode mengajar
Menurut suparno (2005:82), cara mengajar yang dapat menjadi penyebab khusus miskonsepsi diantaranya yaitu : hanya menggunakan metode ceramah dan menulis, langsung kebentuk matematis, tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa, tugas tidak dikoreksi, model analogi, model pratikum dan diskusi yang tidak sesuai langkah-langkah yang ditentukan.
Metode mengajar yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran yang diajarkan dan kefanatikan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu dihindari karena akan membatasi cara pandang kita terhadap masalah pengetahuan. Selain itu metode mengajar yang tidak tepat terhadap situasi, kondisi materi yang diajarkan dapat memunculkan miskonsepsi pada diri siswa, sehingga guru harus memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat agar penyampaian konsep dapat dipahami siswa.
Cara Mendeteksi Miskonsepsi
Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi menurut Beneerjee,1991: Furio,2000: Wilarjo,1998 (Sudarmo,2005:68) dapat dilakukan berbagai cara antara lain : melalui tes diagnostik, wawancara mendalam, dan diskusi interaktif dalam kelas.
Langkah-langkah untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a.       Melakukan tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir suatu pembahasan yang bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda atau bentuk lain seperti menggambar diagram fisis atau vektoris, grafis, atau penjelasan dengan kata-kata.
b.      Memberikan pertanyaan, pertanyaan terbalik (reverse question) atau pertanyaan yang kaya konteks.
c.       Mengkoreksi langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal-soal essai.
d.      Mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan kepada siswa
e.       Dengan mewawancarai siswa.

Syarat Konsep Dianggap Miskonsepsi
Konsep siswa di anggap miskonsepsi apabila memenuhi kriteria berikut :
a.       Atribut tidak lengkap, yang berakibat pada gagalnya mendefinisikan konsep secara benar dan lengkap.
b.      Penerapan konsep yang tidak tepat, akibat dalam perolehan konsep terjadi diferensiasi yang gagal.
c.       Gambaran konsep yang salah, proses generalisasi dari suatu konsep abstrak bagi seseorang yang tingkat pikirnya masih konkrit akan banyak mengalami hambatan.
d.      Generalisasi yang salah dari suatu konsep, berakibat pada hilangnya esensi dasar konsep tersebut. Kehilangan pemahaman terhadap esensi konsep menimbulkan pandangan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
e.       Kegagalan dalam melakukan klasifikasi.
f.       Misinterpertasi terhadap suatu objek abstrak dan proses yang berakibat gambaran yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

Bagaimana cara mengurangi miskonsepsi pada siswa?

WORKSHOP PENDIDIKAN KIMIA

BERFIKIR TINGKAT TINGGI PADA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN KIMIA


Berpikir Tingkat Tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi yang tersimpan dalam memori dan saling terhubungkan atau menata kembali dan memperluas informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin dalam situasi membingungkan. Membahas tentang “Berpikir Tingkat Tinggi”, mengingatkan kita kepada Taksonomi Bloom, terdapat tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking. Ketiga aspek itu adalah aspek analisa, aspek evaluasi dan aspek mencipta. Sedang tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat, aspek memahami, dan aspek aplikasi, masuk dalam bagian intilektual berpikir tingkat rendah atau lower-order thinking. Membahas tentang berpikir tingkat tinggi, kita bahas dulu tentang Ketrampilan berfikir.
Berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai suatu tujuan. Tujuan itu mungkin berbentuk pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan, pemecahan masalah, tindakan, dan penilaian. 
Menurut Ibrahim dan Nur (2004), berpikir memiliki beberapan pengertian antara lain: 1) berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran; 2) berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) obyek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemukan prinsip-prinsip yang esensial tentang obyek dan kejadian itu; dan 3) berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama. Aderson & Krathwohl (dalam Aksela, 2005) menyatakan bahwa tingkatan keterampilan berpikir dalam Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu pengetahuan (knowledge/recall), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
            Ball & Garton (2005) dan Aksela (2005) menyatakan bahwa kompetensi berpikir dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kompetensi berpikir tingkat rendah (lower order thingking/LOW) dan kompetensi berpikir tingkat tinggi (higher order thingking/HOT). Kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi mengingat, menghafal, dan sedikit memahami sedangkan kompetensi berpikir tingkat tinggi adalah kegiatan mental dalam memecahkan masalah dalam tingkat yang lebih tinggi dari tingkat berpikir dasar. Agar mampu memecahkan masalah dengan baik dan berkualitas tinggi dituntut kemampuan aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi, membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan, dan mengambil keputusan.
            Berpikir tingkat rendah lebih fokus pada pengumpulan, mengklasifikasi, menyimpan, dan mengingat. Berpikir tingkat rendah tidak menghasilkan sesuatu yang baru dan kreatif serta tidak memerlukan keterampilan berpikir yang lebih rumit. Aksela (2005) menyatakan bahwa kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi pengetahuan (knowledge/recall), dan pemahaman (comprehension).
Arnyana (2007) mengemukakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat diajarkan di sekolah melalui proses pembelajaran. Lebih lanjut mereka mengemukakan penekanan dalam proses pembelajaran adalah melatih kompetensi berpikir siswa dan bukan pada materi pelajaran. Mengajarkan siswa untuk berpikir secara langsung membuat siswa menjadi cerdas. Dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi kegiatan pembelajaran bersifat student centered karena siswa yang lebih banyak berperan di dalam proses pembelajaran.
Anderson & Krathwohl (2001) menungkapkan bahwa kompetensi berpikir dapat dikelompokkan menurut Taksonomi Bloom, seperti pada Tabel di bawah
Tabel Pengklasifikasian kompetensi berpikir menurut Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom
Tingkatan Berpikir
Tinjauan
Knowledge (C1)
Comprehension (C2)
Application (C3)
Analysis (C4)
Synthesis (C5)
Evaluation (C6)
Lower-order
Lower-order
Higher-order
Higher-order
Higher-order
Higher-order
Mengingat
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
Menciptakan
Mengevaluasi

Masing-masing tingkatan dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi adalah sebagai berikut.
  1. Tingkat Aplikasi (aplication level)

Tingkat aplikasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain: 1) menggunakan informasi; 2) menggunakan metode, konsep, teori dalam permasalahan baru; dan 3) menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan.
      2. Tingkat Analisis (analysis level)
Tingkat analisis mencakup beberapa kemampuan, antara lain: 1) melihat polanya;   mengorganisasi bagiannya; 3) mengenal pengertian yang tersembunyi; dan 4) mengidentifikasi komponen.
      3. Tingkat Sintesis (synthesis level)
Tingkat sintesis mencakup beberapa kemampuan, antara lain: 1) mengeneralisasi fakta-fakta yang diberikan; 2) menghubungkan pengetahuan dai beberapa area; 3) memprediksi, menarik kesimpulan; dan 4) menggunakan ide lama untuk menciptakan hal yang baru.
     4. Tingkat Evaluasi (evaluation level)
Tingkat evaluasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain: 1) memberi penilaian terhadap teori; 2) membuat pilihan berdasarkan pertimbangan pemikiran; 3) memperivikasi nilai bukti; 4) mengenal kesubyektifan; dan 5) membandingkan dan membedakan antara gagasan.
Adang (1985), Suastra & Kariasa (2001) mengatakan bahwa untuk melatihkan kompetensi berpikir tingkat tinggi, siswa hendaknya diberi kesempatan sebagai berikut.
1.      Mengajukan pertanyaan yang mengundang berpikir selama proses belajar mengajar berlangsung.
2.      Membaca buku-buku yang mendorong untuk melakukan studi lebih lanjut.
3.      Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari temannya, guru atau dari buku pelajaran.
4.      Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang mempunyai potensi kreatif dan kritis.
5.      Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif dan kritis seperti juga untuk hasil belajar yang berupa mengingat.
6.      Memberikan jawaban yang tidak sama persis dengan yang ada dalam buku, namun konsep atau prinsipnya benar.

      Johnson  (2002) menyatakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi kompetensi berpikir kritis dan kompetensi berpikir kreatif. Hubungan antara berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi ditunjukkan seperti Gambar di bawah




Pada Gambar di atas, reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas levelretention atau recall (retensi atau memanggil). Reasoning meliputi basic thingking, critical thingking, dan creative thingking. Kompetensi retention thinking merupakan tingkatan berpikir yang paling rendah. Retention thinking yang merupakan berpikir hafalan atau ingatan, apabila dikaitkan dengan tingkatan Taksonomi Bloom akan menempati tingkatan paling bawah yaitu level hafalan (C1). Kompetensi basic thinking merupakan tingkatan kedua. Dimana basic thinking merupakan pemahaman (berpikir dasar). Jika dikaitkan dengan Taksonomi Bloom, maka basic thinking menempati tingkatan kedua yaitu level pemahaman (C2). Critical thinking dan creative thinking yang merupakan bagian dari high order thinking, apabila dikaitkan dengan Taksonomi Bloom akan menempati tingkatan keempat sampai enam, yang meliputi: level aplikasi (C3), level analisis (C4), level sintesis (C5), dan level evaluasi (C6).
Dari penjelasan diatas bahwa kompetensi berpikir dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kompetensi berpikir tingkat rendah (lower order thingking/LOW) dan kompetensi berpikir tingkat tinggi (higher order thingking/HOT). Bagaimana menurut anda sebagai seorang pendidik jika terdapat siswa yang kompetensi berpikirnya tingkat rendah?

TUGAS PORTOFOLIO 1

PETA KONSEP







Senin, 20 Februari 2017

WORKSHOP PENDIDIKAN KIMIA

BERFIKIR INOVATIF & KREATIF SEBAGAI MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA





“Tanamlah pemikiran, kau akan menuai tindakan”
“Tanamlah tindakan kau akan menuai kebiasaan”
“Tanamlah kebiasaan, kau akan menuai watak”
“Tanamlah watak , kau akan menuai cita cita”

Demikianlah kutipan puisi Bernard Shaw yang berjudul Hukum Panen (Law of the Harvest). Kutipan puisi di atas menggambarkan dinamika dalam suatu perubahan yang terjadi dan berlangsung dalam diri manusia baik secara individual atau secara bersama-sama dalam suatu komunitas. Dalam proses pengembangan dan perubahan menuju ke tahap “Menjadi” setiap manusia mandiri selalu mengembangkan daya kretif dan inovatifnya. Dalam tulisan ini akan kita bahas manuisa yang dalam hal ini yang menyandang status mahasiswa. 
MAHASISWA. Ya, kata tersebut merupakan gabungan dari kata ‘maha’ dan ‘siswa’. Apa sebenernya arti dari maha? Maha memiliki arti sangat; amat; teramat’ besar. Sedangkan siswa sendiri seperti yang telah kita ketahui, sama artinya dengan murid. Jadi apa itu mahasiswa? Mahasiswa merupakan murid yang paling ‘besar’. Dimaksud paling besar karena mereka sedang menjalani tingkat pendidikan yang paling ‘besar’ atau ‘tinggi’ yaitu jenjang pendidikan perkuliahan. Semakin tinggi jenjang yang mereka dudukki, maka semakin besar pula tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa. Modal utama untuk menjadi mahasiswa tentunya sifat kreatif itu sendiri. Apalagi dari pengalaman-pengalaman yang sebelumnya sudah pernah dialami, pasti makin mengasah sifat kreastivitas di dalam diri mahasiswa itu sendiri. Apalagi telah disediakan banyak wadah untuk mengaplikasikan sifat kreatif itu sendiri.
Nah pasti sebelumnya udah tau dong arti dari kreatif dan inovasi itu sendiri? Kalo belum, akan saya jelaskan pengertiannya. Kreatif itu merupakan sifat yang telah ada sejak kita kecil dan berarti sebagai daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta; pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Kalo inovasi itu artinya, prose’s atau hasil pengembangan dari pemanfaatan sifat kreatif, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan atau memberbaiki produk, proses dan/atau system yang baru, yang memberikan nilai yang berartu atau signifikan.

KREATIVITAS
  1. Kreativitas terbagi atas:Kreativitas yang umumnya dimiliki secara alamiah seperti kreativitas artistic, menulis buku, melukis, mengubah music dll.kreativitas penemuan seperti yang di alami oleh Archimedes saat keluar dari kamar mandi nya dan berteriak “eureka” atau saat lahirnya konsep produk baru.kreativitas umum yang memandang dunia sekitar dari sudut pandang yang berbeda.
  2. Dari pembagian kreativitas ini terlihat ada hubungan anatara kreativitas dengan inovasi. Dalam implementasinya ketiga jenis kreativitas ini saling bersinergi, yang dalam menghadapi setiap persoalan dalam kehidupan, pemikiran kreatif akan muncul guna memberi jawaban yang benar dan baik.
CIRI KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF
Keterampilan berpikir lancar
a.        Definisi
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. memberikan banayak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
b.      Perilaku mahasiswa
selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
mengajukan pertanyaan. menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari pada teman teman yang lainnya dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek dan situasi.

INOVATIF
Pada hakikatnya mahasiswa yang inovatif itu adalah ia memiliki inisiatif tinggi untuk mendorong kemajuan berkat kreatifitasnya. Ia selalu bertanya dan sekaligus berupaya menemukan jawabanya. Ia lebih senang memusatkan perhatiannya pada jenis pekerjaan di laboratorium atau pusat-pusat penelitian dan pengembangan.

Menurut saya ada beberapa indikator orang dapat berfikir kretif yaitu orang yang mempunyai rasa ingin tahu, menyukai tantangan, optimis, nyaman dengan imajinasi, melihat masalah sebagai hal yang menarik, melihat masalah sebagai suatu peluang, tidak mudah menyerah, dan selalu berusaha keras.
Oleh sebab itu kita sebagai seorang mahasiswa harus mampu berfikir kreatif agar kita dapat menjalani persaingan di dunia kerja nanti. Dengan berfikir kreatif seorang mahasiswa bisa membuat sesuatu inovasi yang baru. Selain berfikir kreatif kita sebagai mahasiswa juga harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik. 
Seperti contoh tidak terlambat saat masuk kuliah, tidak menunda-nunda pekarjaan, memanfaatkan waktu yang luang untuk melakukan kegiatan positif dan belajar.
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus dapat mamanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya seperit papatah “Time Is Money” (waktu adalah uang). Kalau kita bisa menghargai waktu dengan baik di dunia kerja nanti kita lebih biasa membiasakan diri untuk tidak terlambat dan bisa menghargai pekerjaan kita.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjadi mahasiswa yang kreatif, salah satunya adalah selalu memiliki gagasan atau ide-ide baru setiap hari. Seorang mahasiswa harus selalu berfikir untuk mendapatkan sesuatu yang baru (inovatif), apapun itu. Untuk membiasakan diri mencari gagasan atau ide-ide baru, dapat dilakukan dengan pada saat akhir jam kerja dengan merenung kira-kira 10 menit. Pikirkan apa saja yang telah dilakukan pada hari itu. Lalu pikirkan cara yang lebih baik untuk pekerjaan esok hari. Ciptakan gagasan yang berbeda karena sesuatu yang berbeda akan lebih tampak menarik. Kumpulkan semua gagasan dan ide-ide tersebut.
Dengan begitu, mahasiswa akan terbiasa memikirkan dan mencari ide-de atau gagasan yang baru.
Selain itu, mahasiswa juga harus jeli menangkap peluang yang ada di sekitarnya agar dapat mengembangkan keterampilannya (life skill) yang dimilikinya. Peluang-peluang itu dapat berupa dunia bisnis, seperti usaha bersama, menjadi tenaga kerja part-time, meluangkan waktu khusus di perpustakaan, membuat artikel/opini untuk dikirim ke media cetak, atau yang lainnya. Dengan menekuni dunia kerja sambil kuliah, mahasiswa mendapat keuntungan ganda, yaitu financial sekaligus mengasah keterampilannya (life skill).

Seperti yang telah kita ketahui, terdapat 5 ring kreatifitas yaitu:
  1. Existensial yaitu bagaimana menciptakan sesuatu yang belum pernah ada menjadi ada
  2. Relational/Communicational yaitu bagaimana menyampaikan kreatif existensial, agar kreatifitas tersebut dapat diketahui oleh orang lain
  3. Instrumental adalah bagaimana kita dapat menciptakan sebuah kreasi yang jika digunakan orang lain, manfaatnya dapat dirasakan serta membuatnya menjadi kreatif
  4. Orientasional merupakan penjadian kreativitas level-level sebelumnya menjadi bermanfaat bagi seluruh masyarakat
  5. Inovasinal yang berarti menciptakan kreativitas-kreativitas atau inovasi baru

Bagi orang-orang yang memang sudah sejak lahir memiliki bakat sebagai orang yang kreatif tentu idak mendapatkan masalah yang berarti. Namun, bagi orang yang tidak mempunyai bakat kreatif tersebut, maka ia harus rajin melatih dan mengasah ke-kreatifannya.

Wadah lainnya yang sangat nyata adalah tersedianya organisasi-organisasi kemahasiswaan di ruang lingkup universitas itu sendiri. Darisana tentunya dengan adanya kegiatan yang ada, serta proyek-proyek yang diberikan, jelas dapat membantu untuk mengasah potensi diri dalam bdiang kreatif dan inovatif.

Namun ada satu faktor penting lagi yang harus dimiliki oleh mahasiswa yang kreatif, yaitu MOTIVASI. Walaupun banyak ide-ide atau gagasan yang dimiliki serta peluang usaha yang ada, semua itu masih tetap terkendala apabila tidak ada motivasi dari diri sendiri.


Dari hal-hal yang telah dijelaskan diatas, tentunya hanya dapat berjalan jika mahasiswa itu sendiri memiliki keinginan serta kegigihan untuk melakukannya. Bagaimana memanfaatkan peluang-peluang tersebut kembali lagi ke diri masing-masing mahasiswa. Tapi dapat saya pastikan bahwa semakin majunya zaman, semakin maju pula teknologi-teknologi yang tentunya akan memudahkan kita untuk memanfaatkannya.
Nah setelah melihat prospek-prospek untuk menggali kreatifitas dan inovasi sebagai mahasiswa, tentunya ada hamabatan-hambatannya. Menurut saya, hambatan yang pertama adalah sifat tidak percaya diri akan sifat kreatif yang ada di dalam dirinya. Nah kenapa menurut saya ini penghambat paling besar? Karena dengan menganggap diri kita tidak kreatif, tentunya akan timbul sifat-sifat negatif lainnya yaitu menjadi malas, tidak mau mengeksplor dirinya, dan tidak yakin dengan kemampuan diri.
Kemudian penghambat berikutnya adalah selalu mencari jawaban yang tepat. Sebagai contoh, jika kita dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, pastinya kita akan mencari jawaban yang paling tepat, Memang baik jika mencari jawaban yang paling tepat, tetapi terkadang jika kita terus mencari jawaban yang paling tepat, kita cenderung menyalahkan jawaban-jawaban lain yang mungkin sekilas muncul tetapi menurut kita tidak sesuai. Karena berfikir seperti itu, akan tertanam di pola pikir kita bahwa hanya ada satu jawaban yang tepat.
Kemudian hambatan berikutnya adalah jika kita menerapkan logika terlalu awal di proses kreativitas. Kenapa itu bahaya? Soalnya, kalo kita melibatkan logika di tahap awal proses berfikir, hal ini dapat menutup berbagai jalan pikiran. Padahal, jalan pikiran bisa saja menghasilkan berbagai macam gagasan pendobrak jika ditelusuri terlebih dahulu dan juga pemikiran itu tentunya akan berkembang jika kita tidak melibatkan logika di proses awal kreativitas.
Masih banyak hambatan lain yang tentunya mengganggu berjalannya kreativitas dan inovasi seperti sifat takut gagal, stress yang berlebihan, taat pada aturan, sikap negatif, membuat asumsi, dan juga sifat malas.

Terus, dari hambatan-hambatan ini, apa solusinya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut?