INOVASI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Kebanggaan
seorang guru adalah ketika siswa didiknya dapat mengerti apa yang disampaikan
dan diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran. Pencapaian indikator
melalui berbagai evaluasi sebagai salah satu cara yang dilakukan guna
mengetahui sampai sejauh mana materi yang telah diberikan dapat diterima oleh
siswa. Paradigma tersebut berkembang mendominasi hampir di seluruh proses
pembelajaran yang ada di berbagai instansi pendididkan saat ini.
Guru hanya
berorientasi pada pemberian materi kepada siswa serta penguasaan siswa untuk
dapat mengerti pelajaran tanpa ada proses atau makna yang berarti selama proses
pembelajaran. Timbal baliknya guru hanya akan melihat dari satu aspek saja
yaitu dengan melihat dan mengukur nilai ulangan siswa. Proses tersebut terus
berlangsung dan diterapkan tanpa memperhatikan dampak yang terjadi pada siswa
didik sebagai obyek pendididkan. Proses yang hanya beroriantasi pada pencapaian
nilai ulangan tanpa memeperhatikan bagaimana proses pembelajaran berlangsung
dan bermakna bagi siswa hanya akan menjadi beban dan cenderung membosankan
untuk siswa didik tersebut.
Proses
pembelajaran demikian tentu berseberangan dengan hakikat dari fungsi pendidikan
yang bertujuan memanusiakan manusia untuk seluruh aspek kehidupan yang
dimilikinya tidak terbatas hanya berupa ilmu pengetahuan yang dimaknai sebagai
proses menghafal saja (Agus, 2009; ix).
Aktivitas
belajar yang banyak terjadi saat ini menjadikan materi pelajaran dan peserta didik
yang mempelajarinya sangat terpisah jauh tanpa ada hubungan yang memberi makna.
Siswa hanya sekedar menghafal berbagai materi pelajaran yang diberikan guru
begitu saja tanpa ada pemaknaan yang berarti. Tidak adanya makna yang
mengaitkan antara siswa dengan materi pelajaran yang dipelajari menjadi
penyebab proses belajar cenderung membosankan bahkan menjadi beban untuk
beberapa peserta didik.
Pembelajaran
model konvensional yang masih sering diterapkan menjadikan proses pembelajaran
hanya sebatas rekaman memoritas hafalan informasi dari guru kepada siswa tanpa
ada konstrukivitas yang diserap oleh siswa akan makna yang terkandung dalam
materi pepmbelajaran. Dampak lembih lanjutnya adalah menjadikan siswa tersebut
tidak benar-benar belajar dan memahami tetapi hanya tau dan menghafal. Bahan
yang disampaikan oleh guru tidak dapat diaplikasikan dan menjadikan siswa didik
tidak dapat belajar menjadi lebih baik. Hakikat pendidikan akan hilang jika
yang terjadi hanya transfer informasi tanpa ada proses memnididik siswa untuk
mengerti, paham dan dapat belajar dari pengalaman untuk mengaktulisasi seluruh
potensi diri secara bebas dan terarah.
Proses
pendidikan diberikan bukan hanya sekedar untuk proses pendewasaan, sosialisasi
dan aktualisasi potensi diri tetapi juga berperan dalam proses mengembangkan
karakter yang baik guna menciptakan manusia-manusia bermartabat, berkarakter
serta berguna untuk kehidupan sosial masyarakat lainya (Tilaar, 2002: xxxix
dalam Rahmad, 2011: 1)
Proses
pembelajaran yang hanya menekankan pada penilaian kognitif cenderung membuat
siswa didik melupakan pengembangan afektif dan psikomotornya. Pendidikan dalam
proses pembelajaran seharusnya mampu memanusiakan manusia dengan mengoptimalkan
segala aspek dasar manusia sebagai makhluk sosial sekaligus individu.
Proses
pendidikan yang berpusat pada guru akan melupakan pentingnya proses interaksi
sosial antar sesama siswa dalam bekerjasama dan belajar. Sesuai perkembangan
berbagai teori belajar dan penerapannya dalam proses pembelajaran saat ini,
pembelajaran di kelas mulai dipusatkan kepada siswa didik sebagai objek
sekaligus subjek pelaku pendidikan. Guru diposisikan sebagai fasilitator dan
pendorong terjadinya proses yang sehat dan tepat guna mencapai tujuan belajar.
Mata
pelajaran kimia cenderung dianggap mata pelajaran yang sulit dan menjadi beban
belajar oleh banyak siswa. Hal tersebut terjadi sebagai akibat proses belajar
yang terjadi hanya berupa transfer informasi dari guru kepada murid dengan guru
sebagai satu-satunya sumber belajar. Kimia sebagai mata pelajaran eksak bidang
ilmu alam sebenarnya pelajaran yang dapat dipelajari dengan menyenangkan jika
siswa dapat berinteraksi langsung dengan materi-materi yang dipelajari. Guru
dapat melibatkan banyak aktivitas yang menimbulkan keingintahuan siswa tentang
materi pelajaran sehingga secara tidak langsung siswa akan mempelajari dengan
seksama mata pelajaran tersebut.
Permasalahan
yang terjadi adalah bagaimana membuat belajar kimia menjadi menyenangkan dan
mampu menumbuhkan niat serta keingintahuan siswa untuk mau belajar dan
menemukan konsep materi pelajaran secara mandiri sehingga lebih bermakna.
Banyak cara dan inovasi mulai dikembangkan oleh berbagai pihak untuk mulai
mengubah arah proses pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada guru menjadi berpusat
sepenuhnya kepada siswa.
Saat ini
mulai banyak dikembangkan berbagai inovasi dalam menciptakan proses
pembelajaran untuk menuju pendidikan yang berkualitas, humanis, organis,
dinamis, dan konstruktiv. Salah satu produk pengembangan proses pembelajaran
tersebut adalah pembelajaran aktiv, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan atau PAIKEM. Salah satu penerapan PAIKEM adalah adanya proses
pembelajaran cooperative learning.
Cooperative
learning adalah salah satu metode pembelajaran yang menekankan proses interaksi
antar sesama siswa dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran secara
berkelompok. Woods and Chen dalam Yoppy (2011:5) menyatakan bahwa cooperative
learning is an instructional in which students work together toward a common
goal”. Menurut Kasturiarachi dalam
Yoppy (2011:5) ada 3 aspek penting yang harus diperhatikan dalam proses
pembelajaran cooperative learning yaitu :
1.
Mengadopsi pembelajaran yang aktif untuk lingkungan belajar yang interaktif.
2.
Menyiapkan proyek yang jelas dan terpadu untuk tiap-tiap kelompok siswa dan
3. Proyek
atau tugas yang diberikan harus kolaboratif sehingga membuat siswa dapat
bekerja lebih baik.
Anita Lie
dalam agus (2009: 57) menyebutkan bahwa pembelajaran cooperative learning
berlandaskan falsafah manusia sebagai makhluk sosial atau homo homini socius.
Hal ini tebtu dapat mengembalikan hakikat belajar dalam pendidiakan untuk
menjadikan manusia sebagai manusia sepenuhnya. Mengembalikan dan mengembangkan
sifat sosial antar siswa didik. As’ari dalam Mega (2009:2) menjelaskan bahwa
dalam cooperative learning siswa tidak hanya dituntut secara individual untuk
dapat mengalahkan temannya tetapi juga dituntut untuk dapat bekerja sama dan
bertanggungjawab untuk kebarhasialan kelompok mereka. Peran diskusi dan bekerja
kelompok terbukti dapat membantu siswa lebih memahami pelajaran karena siswa
cenderung lebih leluasa saat bekerja dan belajar bersama-sama teman sebayanya.
Dalam 3
aspek penting yang harus diperhatikan pada proses pembelajaran cooperative
learning guru harus dapat memberikan proyek yang terkonsep jelas pada setiap
kelompok sehingga menimbulkan suasana belajar yang aktif dan interaktif. Salah
satu proses yang dapat dipadukan dalam pembelajaran ini adalah memasukkan
prinsip inkuiri dalam penyampaian materi ataupun dalam pemberian tugas. Kimia
sebagai mata pelajaran eksak yang dapat dibuktikan secara ilmiah tentu sangat
memungkinkan untuk memunculkan rasa keingintahuan secara ilmiah memalalui
metode inkuiri sehingga siswa dapat merekonstruksi sendiri berbagai pelajaran
yang ia peroleh secara mandiri dengan bimbingan guru, menjadikan proses belajar
menjadi lebih bermakna.
Metode
inkuri adalah metode belajar yang diawali dengan bertanya tentang suatu masalah
dilanjutkan dengan pengamatan dan berbagai penyelidikan serta pemikiran kritis
guna menyelesaiakan masalah yang dihadapi. Nurhadi dalam Florentina (2009:2)
menyatakan bahwa inkuiri adalah suatu siklus yang terdiri dari pengamatan,
bertanya, menganalisis dan merumuskan teori baik perorangan maupun kelompok.
Metode
inkuiri yang paling banyak diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas adalah
metode inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing memungkinkan
siswa
mengenal terlebih dahulu apa yang harus dilakukan dalam belajar secara inkuiri.
Guru mulai membiasakan berfikir secara kritis dengan membebaskan pemikiran
siswa berkembang tetapi masih dalam batasan masalah yang masih dirumuskan dan
dibantu peneyelsaiannya oleh guru. Inkuiri terbimbing (guide inquiry) merupakan
langkah awal untuk membiasakan siswa dalam lingkungan belajar inkuiri yang
sebenarnya.
Inovasi yang coba diterapkan untuk mendapatkan proses belajar
menyenangkan dan bermakna adalah menggabungkan model pembelajaran berbasis
cooperative learning dengan media pembelajaran modul yang bersifat inkuri
terbimbing. Berbagai strategi pembelajaran sudah banyak berkembang saat ini
guna menunjang proses pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa
didik sehingga belajar bukan lagi menjadi beban dan membosankan. Salah satu
inovasi yang dicoba dikembangkan adalah melalui inovasi dalam membuat
media-media pembelajaran interaktif. Modul atau buku pegenggan adalah salah
satu contoh media pembelajaran yang banyak digunakan di kelas-kelas untuk
mempermudah guru menjelaskan materi secara konseptual dan terorganisir.
Buku
pegangan atau modul dapat digunakan sebagai media yang mempermudah siswa dalam
menyerap pelajaran yang disapaikan sekaligus sebagai media untuk
merenkonstruksi semua hasil belajar secara tertulis. Model inkuiri yang dipilih
dapat diterapkan dalam menyusun model modul yang sesuai, yaitu modul yang
berbasis inkuiri. Modul berbasis inkuiri tersebut sangat menunjang proses
pembelajaran cooperative learning sebab di dalam modul pembelajaran inkuiri
tersebut menuntut keaktifan siswa dalam bekerja kelompok sekaligus mandiri.
Pengembangan
dan bagaimana peranan modul berbasis inkuiri tersebut akan lebih dijelaskan dan
diuraikan pada pembahasan dalam artikel ini. Dalam pembahasan tersebut akan
diuraikan tentang pentingnya sebuah media pembelajaran dan peran dari modul
atau buku pegangan berbasis inkuiri mempermudah proses pembelajaran kimia
sesuai model pembelajaran PAIKEM.
Dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan
berkualitas guna mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan metode dan berbagai
inovasi dalam membuat strategi pembelajaran yang tepat. Seperti yang telah
dijabarkan dalam pendahuluan di atas salah satu inovasi yang terus berkembang
adalah inovasi membuat berbagai media pembelajaran yang efektif dan efisien
guna mempermudah proses pemnyampaian materi kepada siswa didik.
Media
pembelajaran berupa modul atau buku pegangan saat ini banyak berkembang dan
dijadikan sebagai salah satu bahan ajar yang digunakan untuk membantu siswa
memahami pelajaran secara singkat, ringkas namun terkonsep. Berikut akan
diuraikan mengebai inovasi media pembelajaran modul berbasis inkuiri dalam
startegi pembelajaran cooperative learning
Peran media pembelajaran
Proses
pembelajaran merupakan proses interaktif yang aktif antar semua komponen di dalam
kelas. Komunikasi menjadi kunci dari berhasilnya proses belajar mengajar
penyampaian materi dari guru untuk sampai secara utuh kepada siswa sebagai
objek belajar. Sesuai perkembangan berbagai konsep teori belajar saat ini,
komunikasi yang terjalin dalam proses pembelajaran haruslah berjalan timbale
balik. Guru harus dapat memperoleh respon dari siswa terhadap apa yang
disampaikan atau ditugaskan. Siswa bukan lagi objek pasif yang hanya menerima
begitu saja segala informasi yang disampaikan guru di kelas. Agar terjalin
komunikasi yang baik dan menunjang proses belajar mengajar diperlukan alat
untuk mempermudah penyampaian materi sekaligus sebagai bentuk inovasi agar
proses belajar tidak berjalan membosankan.
Media
merupakan salah satu alat atau komponen komunikasi yang berfungsi menyampaikan
pesan dari komunikator kepada komunikan (Criticos dalam Daryanto, 2010:4).
Berdasarkan penjelasan tentang media, maka dalam menunjang terjalinya
komunikasi yang baik diperlukan sebuah media yang tepat sehingga dapat mengakomodasi
proses yang berjalan. Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
komunikasi terstruktur dan terbimbing guna mencapai suatu tujuan pembelajaran
tertentu. Komunikasi dalam pembelajaran tersebut tidak dipungkiri juga
memerlukan media untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Media
pembelajaran memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. proses
komunikasi yang terjalin antar guru dan siswa akan menimbulkan encoding dan
dekoning. Encoding merupakan proses penyampaian informasi melalui symbol-simbol
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal sedangkan decoding adalah
penafsiran dan penagkapan maksud dari informasi yang disampaikan oleh
komunikator (Daryanto, 2010:5).
Terkadang
dalam proses pembelajaran, terjadi kegagalan dalam decoding oleh siswa
dikarenakan berbagai hal, sehingga informasi atau pesan gagal diterima dengan
baik oleh siswa. Untuk meminimalkan kegagalan decoding diperlukan media yang
informative dan dapat mewakili secara konkrit pesan yang disampaikan. Media pembelajaran
akhirnya menjadi alat pendukung yang sangat baik dalam proses pembelajaran agar
tidak terjadi miss konsepsi sekaligus menjadikan proses belajar menjadi lebih
menyenangkan.
Macam dan
jenis dari media pembelajaran sendiri jumlahnya sangat banyak dan bervariasi
serta. Pemilihan media yang tepat harus disesuaikan dengan materi dan keadaan
kelas serta lingkungan belajar. Tidak semua media dapat digunakan di semua
tempat untuk semua materi. Sebagai seorang pengajar dan pendidik, guru harus
dapat memilih media pembelajaran apasajakah yang harus digunakan guna menunjang
proses pembelajaran yang berkualitas.
Buku peganggan (modul) sebagai media
pembelajaran inetraktive
Buku
pegangan atau modul merupakan salah satu contoh media pembelajaran yang
berbentuk media cetak. Modul juga sering disebut sebagai media pengajaran
berprogram sebab satu modul dalam satu materi tertentu terdapat berbagai macam
program pembelajaran yang meliputi pretest, materi, langkah diskusi, langkah
percobaan sampai soal-soal ulangan. Bentuk modul atau buku pegangan hampir sama
dengan buku cetak tetapi dikemas lebih ringkas dan ringan hanya memuat
konsep-konsep penting materi pelajaran, tidak sedetail buku paket pelajaran.
Modul adalah
satuan program pembelajaran yang terkecil, yang dapat dipelajari oleh siswa
sendiri secara perseorangan (self instructional) setelah siswa didik
menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya siswa tersebut dapat melangkah
maju dan mempelajari satuan modul berikutnya. Pembelajaran dengan menggunakan
modul, merupakan strategi tertentu dalam menyelenggarakan pembelajaran
individual. Modul pembelajaran, sebagaimana yang dikembangkan di Indonesia,
merupakan suatu paket bahan pembelajaran (learning materials) yang memuat
deskripsi tentang tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk guru yang menjelaskan
cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi siswa didik, lembaran kunci
jawaban pada lembar kertas kerja siswa, dan alat-alat evaluasi pembelajaran.
Modul atau
buku pegangan sebagai media pembelajaran berbentuk cetak bertujuan untuk
mempermudah siswa untuk mengerti materi pelajaran. Bentuk modul sebagai media
cetak terlihat kurang dapat bersifat interaktif dan komunikatif jika dibandingkan
dengan media pembelajaran seperti media berbasis ICT. Media modul atau buku
pegangan juga cenderung dinilai terlalu ringkas sehingga pengetahuan siswa
menjadi terbatas. Berbagai pandangan tersebut sebenarnya dapat diatasi jika
guru yang membuat dan merancang sendiri modul pembelajaran dapat menguasai
dengan baik bagaimana membuat modul pembelajaran yang tepat.
Dalam modul
atau buku pengangan harus berisi pokok-pokok materi seperti di bawah ini :
1. Judul
Modul
Judul ini
berisi tentang nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu.
2. Petunjuk
Umum
Memuat
penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam proses belajar
mengajar, sebagai berikut :
a.
Kompetensi Dasar
b. Pokok
bahasan
c. Indikator
Pencapaian
d. Referensi
Diisi
petunjuk guru tentang buku-buku referensi yang dipergunakan.
e. Strategi
Pembelajaran
Menjelaskan
pendekatan, metode, langkah yang dipergunakan dalam
proses
pembelajaran.
f. Lembar
Kegiatan Pembelajaran
Petunjuk
bagi siswa untuk memahami langkah-langkah dan
materi pembelajaran
g. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah
menyelesaikan
pembelajaran satu modul. Evaluasi ini diberikan
setelah
pembelajaran berakhir (post test) berupa: tes benar-salah
(true-false
test), soal isian (essay test), tes pilihan ganda (multiple
choice
test), dan tugas-tugas lain.
3. Materi
Modul
Berisi
penjelasan secara rinci tentang materi yang diberikan atau diajarkan pada
setiap pertemuan.
4. Evaluasi
Semester
Evaluasi ini
terdiri dari tengah dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur kompetensi
siswa sesuai materi pelajaran yang diberikan.
Modul atau
buku pegangan sebenarnya dapat dijadikan media pembelajaran yang interaktif.
Caranya adalah dengan melibatkan siswa didik untuk aktif mengisi dan memahami
isi serta berbagai langkah-langkah pembelajaran yang berada di dalam modul.
Modul dapat diposisikan sebagai jurnal pribadi siswa didik. Dalam modul
tersebut guru memasukan berbagai permasalahan yang akan menimbulkan rasa ingin
tahu siswa. Di dalam modul tersebut dilengkapi berbagai langkah diskusi serta
langkah-langkah kerja kelompok dalam mempelajari suatu materi.
Model modul
seperti dijabarkan di atas dapat memacu aktifitas siswa didik untuk aktif dalam
mengerjakan berbagai kegiatan di dalam modul serta di dalam modul tersebut juga
dilengkapi lembar pengisian konsep yang terstruktur oleh siswa sendiri,
sehingga konsep-konsep yang telah dipelajari dapat direkonstruksi secara nyata
dengan menuliskannya di dalam modul. Salah satu keunggulan dari media modul
atau buku penganggan ini adalah materi tetap dapat dipelajari oleh siswa setiap
saat dan ditulis sendiri oleh siswa sehingga akan lebih bermakna daripada
media-media lain yang hanya dapat dilihat saat pemberian materi saja.
Buku peganggan (modul) berbasis
inkuiri
Model
pembelajaran yang menarik dan mampu memberikan makna kepada siswa didik
terutama untuk mata pelajaran eksak adalah model belajar inkuiri. Model belajar
inkuiri tersebut dapat dipermudah dengan menggunakan media pembelajaran yang
tepat. Selain media alat peraga dan petunjuk bernagai kegiatan peneylidikan
masalah, sagala aspek inkuiri tersebut dapat dipadukan kedalam sebuah modul
atau buku pegangan yang interaktif. Proses inkuiri yang dikemas dalam modul
tersebut menjadikan memori siswa didik dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar lebih terstruktur, terorganisasi dan dapat tersimpan dengan baik
sehingga dapat dipelajari lagi setiap saat.
Trianto (2010:166)
menyatakan bahwa proses inkuiri adalah proses pembelajaran yang melibatkan
berbagai aspek secara maksimal seperti kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan secara mandiri penemuannya secara mandiri. Proses inkuiri tersebut
akan lebih maksimal saat dilaksanakan secara berkelompok sehingga akan ada
bnayak interksi di dalam proses pebelajaran antar sesama siswa, dan akan banyak
terjadi transfer informasi maupun pengetahuan, menjadikan proses belajar
menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Modul
sebagai media pembelajaran adalah pelengkap sekaligus alat untuk menunjang
proses inkuiri tersebut berjalan lebih sistematis dan dapat membantu siswa
secara langsung untuk memulai pekerjaannya. Modul membantu siswa menemukan
permasalahan apa yang harus dikaji, kenapa mereka harus melakukan penyelidikan
dan berbagai langkah-lagkah diskusi maupun penyelidikan yang menyenankan dalam
mempelajari suatu materi.
Modul yang
digunakan untuk lebih menunjang proses inkuiri tentu harus dapat menyesuaikan
sehingga perlu dibuat suatu modul yang berbasis inkuiri kaitanya dalam memandu
aktifitas siswa di dalam belajar. Modul berbasis inkuiri adalah salah satu
bentuk modul yang menekankan proses pencarian konsep secara mandiri oleh siswa
dengan berbagai aktifitas. Seperti format modul yang telah diuraikan di atas,
modul berisi berbagai hal. Modul berbasis inkuiri lebih menekankan pada lembar
kegiatan pembelajaran dan ditambahkan kolom jurnal. Kegiatan pembelajaran
dimaksimalklkan oleh guru sebagai pembuat modul untuk mengaktifkan siswa
mengisi dan mengikuti segala petunjuk yang dituliskan dalam modul. Kolm jurnal
merupakan kolom yang harus diisi mandiri secara individual untuk menghubungkan
materi yang dipelajari dengan berbagai kegiatan yang dilakukan selama proses
pembelajaran. Pada kolom jurnal tersebut siswa harus mampu merekonstruksi
berbagai hal yang telah dipelajari sehingga materi yang telah diperoleh dan
dipelajari tidak hilang begitu saja.
Guru adalah
fasilitator yang menyediakan dan merancang sendiri modul berbasis inkuiri
tersebut. Modul tersebut menyesuaikan dengan materi yang akan dipelajari serta
keadaan dan sarana prasarana yang ada di lingkungan sekolah. Guru sebagai
perancang dan pembuat modul tersebut menjadikan guru dapat lebih mengetahui
dengan baik inti dari materi yang akan disampaikan kepada siswa didik. Guru
yang dapat mengetahui dengan baik modul serta menguasai semua isi kegiatan di
dalamnya diharapkan dapat maksimal dalam menyampaikan dan membimbing proses
pembelajaran di kelas.
Modul
berbasis inkuiri memungkinkan siswa untuk bekerja secara berkelompok tetapi
tetap mempunyai tanggung jawab pribadi dalam mengisi dan melengkapi modul
pribadinya. Guru dalam proses pembelajaran di sini berperan sebagai fasilitator
sekaligus pembimbing siswa dalam melakukan proses inkuiri dalam belajar. Model
pembelajaran inkuiri dapat berjalan secara efektif dengan memperhatikan beberapa hal berikut
:
1. Guru
mengharapkan siswa dapat menemukan secara mendiri jawaban dari permasalahan
yang diberikan. Dalam proses pembelajaran tersebut hasil akhir bukanlah tolok
ukur keberhasilan pembelajaran tetapi lebih pada proses yang dilakukan siswa
dalam pembelajaran.
2. Bentuk
pelajaran bukan sekadar fakta yang diberikan begitu saja, tetapi berupa
kesimpulan yang memerlukan pembuktian.
3. Guru
harus memulai pembelajaran dengan memunculkan rasa ingin tahu kepada siswa
4. Jumlah
siswa tidak terlalu banyak sehingga dapat mudah dikendalikan oleh guru.
5. Guru
memiliki waktu cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Berbagai hal
yang perlu diperhatikan di atas menjadi faktor penting untuk melaksanakan
proses pembelajaran inkuiri secara optimal. Peran modul sebagai media
pembelajaran yang digunakan adalah sebagai alat siswa untuk memulai, memandu
sekaligus merekam segala aktifitas inkuiri yang dilakukan. Langkah-langkah di
dalam proses pembelajarn inkuiri meliputi tahap penyajian masalah, tahap
pengumpulan dan verifikasi data, melakukan eksperimen, merumuskan penjelasan,
mengadakan analisis terhadap proses inkuiri yang telah dilakukan. Keuntungan
mengunakan modul berbasis inkuiri adalah untuk beberapa kegiatan yang tidak
memungkinkan dilakukan sepenuhnya dengan inkuiri telah disajikan di dalam modul
dan siswa tinggal melakukan proses analisis tentu dengan bimbingan guru. Di
dalam modul yang digunakan juga telah dilengkapi soal-soal evaluasi yang
tentunya sudah disesuaikan oleh guru sebagai perancang modul tersebut.
Buku peganggan (modul) dalam proses
pembelajaran cooperative learning
Proses
pembelajaran cooperative learning menekankan pada proses belajar secara
berkelompok untuk memaksimalkan pencapaian tujuan belajar. Dalam pendahuluan
telah dijelaskan bagaimana manfaat proses pembelajaran cooperative learning
bagi siswa dalam menerima materi pelajaran. Kerja kelompok yang dijalankan oleh
guru dalam proses belajar ini diharapkan mampu membantu dan menyamakan tingkat
pemahaman antar siswa yang mudah menerima pelajaran dengan yang tidak mudah
menerima pelajaran.
Komunikasi
yang terjalin dalam proses inkuiri yang dikemas dalam proses pembelajaran
cooperative learning mampu merangsang motivasi siswa untuk belajar dengan baik
dan menyamakan informasi, serta berbagi pengalaman sehingga tidak lagi terjadi
ketimpangan yang jauh di dalam suatu kelas.
Cooperative
learning diberikan untuk menyeimbangkan proses sosial yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa mampu mengembangkan sikap
sosial. Buku pegangan atau modul yang dirancang oleh guru yang berbasis inkuiri
harus mampu mengimbangi kebutuhan akan sikap sosial tersebut.
Dalam
merancang modul berbasis inkuiri lebih ditekankan pada kerja kelompok tetapi
satu modul tetap dipertanggungjawabkan oleh satu siswa. Penggunaan modul
berbasis inkuiri diharapkan dapat dijadikan panduan siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran berbasis inkuiri dengan tetap mengetengahkan komunikasi dan
interaksi yang baik antar semua komponen di dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan cooperative learning.
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan dalam artikel ini dapat
di simpulkan bahwa salah satu inovasi yang perlu dikembangkan dalam merancang
strategi pembelajaran kimia adalah dengan merancang buku pegangan atau modul
yang berbasis inkuiri dalam proses pembelajaran cooperative learning. Bagaimana
Saran teman-teman yang dapat di berikan untuk pembuatan modul berbasis inkuiri
tersebut?
TUGAS PORTOFOLIO 2
TUGAS PORTOFOLIO 2
BENTUK KEARIFAN LOKAL BUMI PUSAKO BETUAH NEGERI JAMBI
Etnokimia (ethnochemistry) adalah studi kimia dari sudut pandang budaya : Bagaimana kimia itu telah membentuk sebuah kebudayaan dan bagaimana kebudayaan turut berkonstribusi pada ilmu pengetahuan dan perubahannya. Informasi mengenai etnokimia ini dapat diperoleh salah satunya dari eksplorasi penggunaan tanaman (flora), baik sebagai pangan ataupun obat-obatan.
Studi etnokimia menggabungkan pemahaman turun-temurun di masyarakat (opini) dengan ilmu sains (fakta ilmiah) mengenai efektivitas tanaman-tanaman tersebut yang dianggap berperan sebagai obat maupun bahan aditif pangan berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman serta peran dari senyawa kimia tersebut. Melalui studi lebih lanjut etnokimia ini maka akan dapat memperluas pemahaman sains yang berkaitan dengan kebudayaan.
Contohnya :
Kearifan Lokal Pengelolaan Hutan Untuk Mengurangi Gas Emisi
Karbon di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
Desa Guguk Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin. Desa Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. kedua desa ini, karena masyarakat dengan kearifan yang mereka miliki, ternyata lebih mampu mengelola hutan menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan masyarakat menyadari hutan sebagai sumber penghidupan dan secara historis masyarakat memiliki ketergantungan kepada sumber daya hutan di sekitarnya. “Dari pengelolaan hutan yang dilakukan masyarakat terbukti dapat memberikan hasil yang lebih baik dan mengelola hutan secara lebih lestari.
Masyarakat Guguk sejak Tahun 2003, telah menetapkan kawasan seluas 690 ha yang dijadikan sebagai hutan adat. Hutan yang dikelola secara adat dan dipertahankan kelestariannya. Lahirnya hutan adat ini, disebabkan adanya rongrongan dari pihak luar, seperti perusahaan HPH PT. Injapsin yang mencaplok secara sepihak wilayah Desa Guguk ke dalam wilayah konsensinya, selain itu juga disebabkan maraknya aksi illegal logging disekitar Desa Guguk. “Masyarakat menyadari bahwa kegiatan eksploitasi terhadap hutan akan menyebabkan kerusakan sumber daya hutan dan juga menyebabkan masyarakat Guguk kesulitan untuk mengakses sumber daya hutan yang telah mereka miliki secara turun-temurun. masyarakat Guguk juga mementukan aturan pengelolaan yang membentuk kelompok yang akan mengelola hutan adat mereka. Hutan adat bukan berarti kayu yang berada di dalamnya tidak dapat diambil oleh masyarakat, tetapi masyarakat Guguk telah membuat aturan untuk pengambilan kayu, sehingga kelestarian sumber daya hutanya terjaga. “Menebang kayu boleh dilakukan untuk pembangunan fasilitas umum, tapi sebelumnya sudah harus mendapatkan izin dari kelompok pengelola. Setiap penebangan satu pohon maka diwajibkan untuk menanam lima pohon sebagai penggantinya. juga ada sanksi yang diatur secara adat yang akan dijatuhkan kepada pelaku.Sedangkan di Lubuk Beringin, masyarakat yang berada di daerah penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat ini, dengan kearifannya lokal sistim pertanian agroforest yaitu dengan membuat kebun karet campur. Kebun Karet campur ini mempunyai fungsi yang hampir sama dengan hutan alam, yaitu sebagai daerah tangkapan air. “Kegiatan masyarakat di dua desa tersebut merupakan langkah untuk mengurangi emisi karbon.
Upaya Merawatnya
Kalau ditelusuri lagi, tentu akan banyak kita temukan berbagai bentuk kearifan lokal masyarakat adat di tanah air ini. Tradis okomama &Tradisi tepung tawar di atas hanyalah sekelumit contoh betapa masyarakat kita memiliki akar budaya dalam membangun integrasi sosial melalui penghayatan dan pemahaman yang tinggi akan nilai-nilai kebersamaan dan kemanusiaan. Nilai-nilai itu sangat inklusif karena mengajarkan dan memberi tauladan yang beradab bagaimana cara mengatasi konflik, emosi, dan nafsu kepentingan dengan jalan mengubur kekerasan dan api dendam.
Tugas selanjutnya yang maha penting adalah bagaimana memelihara dan merawat kearifan lokal itu agar senantiasa hidup dan menyala di dalam hati nurani manusia Indonesia. Kalau nilai itu terus dipupuk, dirawat dan selalu menjadi ikhtiar dan tindakan seluruh manusia Indonesia, mungkin tak akan ada lagi anak yang harus kehilangan bapak atau ibunya hanya karena beda agama, aliran politik, etnisitas dan aroma rasis lainnya. Juga tak akan ada lagi rumah dan harta beda yang dijarah dan dibakar hanya karena perbedaan identitas. Kita percaya bahwa setiap konflik itu ada resolusinya. Dan para leluhur kita telah memberikan peninggalan atau warisan nilai untuk itu. Kini tinggal tekad kita, mau menggunakan atau membuangnya.
saran saya, sebelum membuat model berbasis inkuiri guru harus melihat materi dahulu sesuai tidak dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. bukan model dahulu yang dicari tetapi materi terlebih dahulu yang ditentukan
BalasHapusbenar sekali santi, tapi disini bagaimana contoh pembuatan modul berbasis inkuiri yang bagus? yang mana kita ketahui Modul atau buku pegangan sebagai media pembelajaran berbentuk cetak bertujuan untuk mempermudah siswa untuk mengerti materi pelajaran.
Hapus